5 Varietas Ikan Lele yang Tumbuh Cepat dan Ideal untuk Budidaya – Halo Bapak/Ibu! Apakah Bapak/Ibu seorang Pembudidaya ikan lele? Atau baru tertarik untuk membudidayakan ikan lele? Jika ya, artikel ini adalah bacaan yang tepat untuk Bapak/Ibu! Artikel ini akan membahas informasi seputar ikan lele mulai dari peluang usaha hingga jenis ikan lele yang sering dibudidayakan. Selain itu, artikel ini juga dilengkapi dengan gambar jenis ikan lele yang akan memudahkan Bapak/Ibu dalam mengenalnya. Yuk, baca terus sampai bawah!
Jenis Ikan Lele Budidaya
Lele merupakan ikan air tawar yang mempunyai banyak jenis. Namun, tidak semua jenis-jenis ikan lele bisa cepat besar dan menghasilkan keuntungan besar jika dibudidayakan. Jenis ikan lele yang cepat besar jika dibudidayakan adalah dumbo, sangkuriang, phyton, mutiara, dan mandalika. Ingin tahu mengapa 5 jenis ikan lele konsumsi tersebut cepat besar dan menguntungkan? Berikut ulasannya!
1. Lele Dumbo
Ikan lele dumbo merupakan hasil persilangan antara lele Taiwan dan lele Afrika yang pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun 1985. Dibandingkan dengan lele lokal, lele dumbo dikenal memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat. Dalam waktu 2 hingga 3 bulan, ikan lele dumbo sudah mencapai ukuran konsumsi sekitar 80-130 gram per ekor. Selain itu, lele dumbo juga memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, dengan kemampuan menghasilkan 30.000 hingga 50.000 telur per kilogram bobot induk. Karena alasan inilah, budidaya lele dumbo dianggap menguntungkan dan lebih efisien secara ekonomi.”
“Lele dumbo memiliki tubuh yang bulat memanjang dengan warna hitam kehijauan. Ikan ini juga memiliki kepala besar dan gepeng (depressed), serta tulang yang sangat keras. Berbeda dengan lele lokal, patil pada ikan lele dumbo tidak mengandung racun, sehingga aman bagi manusia.”
“Ikan lele dumbo dapat bertahan hidup di perairan dengan kadar oksigen rendah, suhu ekstrem (antara 20-35°C), perubahan pH, serta kondisi lingkungan yang kurang ideal seperti lahan sempit dan sumber air terbatas. Meskipun demikian, rasio FCR (Feed Conversion Ratio) ikan lele dumbo lebih dari 1. Ikan ini juga cukup tahan terhadap penyakit dan sangat aman untuk dibudidayakan di kolam tanah. Uniknya, lele dumbo yang dibudidayakan di kolam tanah tidak akan membuat lubang di dasar kolam, sehingga memudahkan petani dalam panen tanpa perlu repot mencari ikan di dalam lubang.
2. Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan hasil dari silang balik lele dumbo betina generasi kedua (F2) dan lele dumbo jantan generasi keenam (F6). Silang balik ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas genetik ikan lele dumbo yang cenderung menurun akibat manajemen induk yang kurang tepat. Hasilnya, ikan ini dilaporkan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih tahan terhadap penyakit dibanding lele dumbo biasanya.
Bentuk tubuh lele sangkuriang panjang bulat dan bagian kepalanya berbentuk pipih ke bawah. Lele yang terkenal lebih tahan penyakit dibanding lele dumbo dan lele lokal ini juga dapat hidup pada kolam dengan air yang sedikit. Sangkuriang tahan bakteri Trichodina sp, Aeromonas hydrophila, dan Ichthyophthirius sp penyebab kulit lele melepuh.
Angka produksi lele sangkuriang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan capaian angka produksi lele dumbo biasa. Pasalnya, pertumbuhan hariannya bisa mencapai 3,53%, sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR (Feed Conversion Rate) lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8-1, sedangkan untuk lele dumbo nilai FCR-nya lebih dari 1. Selain itu, lele sangkuriang memiliki kualitas dan rasa daging yang lebih unggul dibanding dengan lele lainnya. Keunggulan ini terbukti dari tekstur daging yang lebih padat, minim kandungan lemak, lebih renyah, gurih, dan tidak beraroma lumpur.
3. Lele Phyton
Ikan lele phyton adalah hasil persilangan dari lele dumbo lokal dan lele Thailand. Organ pernafasan tambahan ini memudahkan lele phyton untuk memperoleh oksigen langsung dari udara. Selama daerah tersebut mempunyai tinggi di bawah 700 mdpl, lele phyton dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Jika Bapak/Ibu ingin membudidayakan lele phyton di kolam tanah, sebaiknya gunakan tanah yang berjenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur, dan subur.
Salah satu keunggulan lele phyton adalah tubuhnya yang lebih langsing dibandingkan dengan ikan lele dumbo sehingga gerakannya jadi lebih lincah. Kelincahan tersebut membuat rasa daging lele phyton terasa lebih enak dan gurih karena lemak yang terkandung lebih sedikit. Selain itu, pertumbuhan lele phyton lebih cepat dibandingkan ikan lele dumbo, tingkat kematiannya rendah, kemampuan adaptasinya tinggi, dan mampu bertahan pada cuaca ekstrim (panas/dingin tinggi).
Lele piton mempunyai kualitas yang setara tingginya dengan lele sangkuriang. Salah satu indikator tingginya kualitas lele piton bisa dilihat dari konversi pakannya. Rasio konversi pakan ikan lele phyton mencapai 1:1 artinya satu kg pakan akan menghasilkan 1 kg daging ikan lele. Produktivitasnya juga tinggi karena induk di atas 1,5 kg-nya mampu menghasilkan sekitar 100.000-200.000 telur.
4. Lele Mutiara
Lele Mutu Tinggi Tiada Tara atau lebih dikenal dengan Lele Mutiara ini merupakan hasil dari persilangan lele Mesir, Phyton, Sangkuriang, dan Dumbo. Bukan tanpa alasan, ikan ini dinamai mutiara karena mempunyai laju pertumbuhan yang 10-40% (40-80 hari) lebih cepat dibandingkan dengan jenis lele yang lainnya, tergantung pada padat tebar benih di kolam. Lele mutiara juga memiliki angka ketahanan hidup yang tinggi. Jika Bapak/Ibu melakukan proses pembibitan sendiri, angka panen bibit yang akan Bapak/Ibu peroleh dari indukan lele mutiara bisa mencapai 90%.
Lele mutiara bisa hidup di suhu 15-35 °C dan tahan sekitar 70% terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila meski tanpa antibiotik. Lele mutiara tumbuh dengan baik di air kolam dengan pH 5-10, kadar amonia < 3 mg/L, kadar nitrat < 0,3 mg/L. Ikan jenis ini cenderung memiliki angka FCR (Feed Conversion Ratio) yang relatif rendah, yaitu di angka 0,8-1,0 pada tahap pembesaran. Angka produktivitas yang dimiliki lele mutiara pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi daripada bibit-bibit lele lainnya.
Durasi pemeliharaan lele mutiara terbilang singkat. Pada tahap pembesaran larva, dibutuhkan 20 hari untuk menghasilkan benih dominan berukuran 2-3 cm dan 3-4 cm. Pada tahap pendederan, dibutuhkan waktu satu bulan untuk menghasilkan benih dominan berukuran 5-7 cm dan 7-9 cm sebanyak 80-90%. Sedangkan pada tahap pembesaran, dibutuhkan 1,5-2 bulan tanpa sortir menghasilkan ikan lele ukuran konsumsi sekitar 70-80%. Lele mutiara memiliki proporsi daging relatif tinggi, sehingga banyak diminati pembeli. Dengan begitu, porsi keuntungan usaha yang berpotensi Bapak/Ibu dapatkan akan lebih tinggi.
5. Lele Mandalika
Lele Mandalika merupakan hasil persilangan lele sangkuriang betina dengan Lele masamo jantan. Hasil persilangan tersebut membuat lele mandalika tumbuh 23% lebih cepat ketimbang kedua induknya. Lele mandalika dapat hidup dan beradaptasi di dataran menengah, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, sekitar 600 mdpl. Lele jenis ini memiliki angka kelulusan hidup (SR) yang mencapai 90% dan FCR 0,7-0,9.
Pertumbuhan mandalika juga lebih cepat dibanding sangkuriang. Sangkuriang bisa dipanen saat berumur 60-85 hari setelah tebar, sedangkan mandalika dipanen saat berusia 60-70 hari. Selain itu, lele mandalika tahan bakteri aeromonas yang dapat menyebabkan kematian hingga mencapai 80%, dalam kurun waktu yang singkat 1-2 minggu.